I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ditinjau dari
klasifikasi tumbuhan penghasil kayu, sebagian dari produk rotan ini sebenarnya
termasuk kayu. Namun demikian karena dominasinya berasal dari kelompok tumbuhan
monokotil, maka tidak relevan untuk dimasukkan dalam kelompok kayu yang
senyatanya memang berasal dari tumbuhan dikotil dan konifer.
Selanjutnya di dalam
perdagangan hasil hutan, produk yang berasal dari tumbuhan berkekuatan ini
disebut dengan Hasil Hutan Ikutan, misalnya: rotan, bambu, kelapa/kelapa sawit,
sagu, nipah dan sebagainya. Dasar dipakainya istilah produk tumbuhan
berkekuatan dititikberatkan pada pemanfaatan kekuatan batang tumbuhan ini dan
tidak dari produk-produk lainnya yang mungkin juga dapat dihasilkan seperti
buah, daun, tepung, dan sebagainya. Dari batang tumbuhan ini dapat dihasilkan
macam-macam produk panel-panel, meubel dan kerajinan.
Dari kelompok Hasil
Hutan Non Kayu produk berkekuatan ini akan diberikan contoh produk yang
potensial dan bernilai yaitu rotan. Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus.
Rotan
tumbuh liar di dalam hutan atau ada yang sengaja ditanam. Rotan dapat
dipanen setiap saat, dengan memperhatikan bagian bawah batangnya tidak tertutup
oleh kelopak, daun sudah mengering, duri dan kelopak daun sudah rontok. Panen
rotan yang tidak benar menghasilkan limbah yang besar. Rata-rata limbah
pemanenan rotan secara tradisional di Indonesia sebesar 12,6-28,5%, dan
dengan menggunakan alat bantu tirfor dan lir sebesar 4,1-11,1%, sedangkan
besarnya limbah yang dihasilkan selama pengangkutan berkisar antara 5-10%,
Indonesia
adalah Negara penghasil rotan terbesar di dunia. Luas hutan rotan di Indonesia
sebesar 13,20 juta hektar tergolong kedalam 8 marga dan 306 jenis daripadanya
51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Jenis yang memiliki harga yang tinggi
adalah Calamus dan Daemonorops, yang terdapat juga di
Maluku.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini, yaitu :
1. Apa
yang dimaksud sebagai rotan ?
2. Apa
saja jenis rotan dan bagaimana potensi rotan ?
3. Bagaimana
proses atau cara dalam pengolahan rotan ?
4. Faktor-faktor
apa saja yang akan mempengaruhi hasil dari produk rotan ?
5. Bagaimana
keadaan industri rotan ?
II.
PEMBAHASAN
2.1
Rotan
Rotan adalah
sekelompok palma dari puak
(tribus) Calameae yang
memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops,
dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus
anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke
dalam puak ini termasuk pula marga Salacca (misalnya
salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta
yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan
rotan.
Batang rotan
biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga,
dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri
ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora,
sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai
panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat
digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa
diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.
Sebagian besar
rotan berasal dari hutan di Indonesia,
seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rotan
cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap
membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan
daripada kayu.
Rotan termasuk
jenis produk dari Hasil Hutan Non Kayu yang sudah lama dikenal. Bahkan
sudah banyak menghasilkan produk-produk olahan yang tidak sedikit dalam
memberikan sumbangan pendapatan kepada negara (devisa).
Didalam perdagangan dikenal nama-nama ini mendasar pada
tempat atau negara tujuan ekspor maupun bentuk/jenis rotan yang dipasarkan,
seperti : bin rattan, rattan, core peel,
canes, dan lain-lain.
Calamus rotang
Kerajaan : Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Upafamili: Lepidocaryoideae
Bangsa: Calameae
·
Sifat Umum Rotan Mempunyai batang berduri dan
memanjat tetapi terdapat juga jenis yang tidak memanjat.
·
Jenis Terdapat 13 genus ritan di dunia
dan hampir 600 jenis rotan dihasilkan daripadanya.
·
Sebaran Hanya tumbuh secara semula jadi di
Asia dan Barat Afrika saja. Di Semenanjung, rotan boleh ditemui dipelbagai
jenis ketinggian dari aras laut sehingga ke kemuncak gunung 3000 m.
Bagaimanapun kebanyakan kawasan rotan tertumpu di Asia Tenggara dan kawasan
berdekatan. Malaysia adalah negara yang kaya dengan pelbagai spesies rotan. Terdapat
79 jenis rotan di Sabah, 106 di Sarawak dan 107 di Semenanjung.
·
Ciri-ciri Terdapat rotan yang tumbuh secara
tunggal dan juga berkelompok. Kebanyakan pokok rotan adalah jenis memanjat
serta yang berbatang kerdil tidak memanjat.
Komponen
kimia, anatomi, sifat fisik dan mekanika rotan menentukan bentuk pemanfaatan
dan mutu produk akhir suatu jenis rotan. Komponen kimia rotan menentukan
kekuatan dan keawetan rotan. Menurut Rachman (1996), komponen kimia rotan
adalah holoselulosa (71%-76%), selulosa (39%-58%), lignin
(18%-27%), silika (0,54-8%), tanin (8,14%-8,88%0) dan pati (18,50%-23,57%).
Selulosa menentukan kekuatan tarik rotan “Semakin tinggi kadar selulosa rotan
maka makin besar pula keteguhan lenturnya”. Lignin membuat ikatan antar sel
serat menjadi kuat. Tanin berperan sebagai bahan yang bersifat racun terhadap
rayap dan jamur (Jasni dkk, 1997). Pati adalah sumber makanan utama
bubuk kayu selain rayap. Makin tinggi kandungan pati dalam rotan, maka makin
mudah diserang oleh bubuk kayu kering.
Ukuran
sel pori dan tebal dinding sel serat menentukan keawetan dan
kekuatan rotan. Tebal dinding sel serat berkisar antara 3,49 µm – 4,89
µm. Makin tebal dinding sel maka makin keras dan berat suatu jenis rotan
(Rachman, 1996). Sifat fisika dan mekanika rotan antara lain, berat jenis
0,47-0,57; kadar air basah 84,32%-167,11%; kadar air kering udara
13,76%-18,19%; panjang ruas 20,76-37,20 cm; tingi buku
0,16-,39; keteguhan patah (MOR) 421-834 kg/cm2; keteguhan lentur (MOE)
14.548-22.000 kg/cm2.
2.1.1 Kegunaan Rotan
Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa
yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola,
Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit,
Cacing, Semambu, serta Pulut.
Setelah
dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk
pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua
proses pengolahan bahan baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah
untuk rotan berukuran sedang /besar dan Pengasapan dengan belerang untuk
rotan berukuran kecil.
Selanjutnya
rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat Peel
(kupasan)/Sanded Peel, dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit
atau star core.
Pemanfaatan
rotan (sp. Daemonorops Draco)
terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak
buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat,
elastis / mudah dibentuk, serta murah. Hanya saja kelemahan utama rotan adalah
gampang terkena kutu bubuk “Pin Hole”.
Batang rotan
juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai
perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di
beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk
rotan bagi pelaku
tindakan kriminal tertentu.
Beberapa rotan
mengeluarkan getah (resin)
dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan
sebagai dragon's blood (“darah naga”). Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni. Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah
memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran.
2.2
Jenis dan Potensi Rotan
Jenis
rotan jumlahnya sampai puluhan, ada yang komersial (mempunyai nilai tinggi
dalam perdagangan), dan non-komersial atau hanya lokal saja digunakan
(diperdagangkan). Ada 2 familia penghasil rotan, terdiri atas 8 genus dan
puluhan spesies, yaitu :
1.
Familia Palmae,
ada 7 genus yaitu : Calamus, Daemonorops,
Korthalsia, Ceratolobus, Myrialepsis, Plectoconia dan Plectocomiopsia.
2.
Familia
Thypaceae dengan satu genus yaitu Freytimetia.
Di
Indonesia, rotan (alam) dihasilkan dari 21 propinsi, sedang rotan tanaman sudah
dihasilkan di 9 propinsi. Jenis rotan alam yang diidentifikasikan dan mempunyai
nilai komersial lebih dari 25 jenis, misalnya: manau, tohiti, mandola, lambang,
semambu, sega, embulu, sueti, batang, tarumpu, koboo, sabut, kertes, perdas,
lacak, seel, slimit, cacing, sampulut, irit, jermasin, lilin, cincin, udang,
runti, jernang, lasio, antik dan datu. Jenis-jenis rotan alam umumnya dipungut
pada umur 7-12 tahun (Kasmudjo, 2011).
Adapun
jenis rotan yang sudah ditanam ada 5 jenis, yaitu rotan manau, irit, sega,
tohiti, dan manis. Jenis-jenis rotan tanaman ini sudah ada yang mulai dipanen
dengan umur tebang 5-10 tahun saja (Kasmudjo, 2011).
2.3
Pemungutan Rotan
Pemungutan rotan mayoritas dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan,
namun demikian kalau dikaitkan dengan usaha (cara) yang dilakukan dapat
dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu :
1.
Oleh
masyarakat sekitar hutan (1-10 orang), yang melakukan pemungutan rotan sesuai
kebutuhan dan dijual secara bebas dan kepada siapa saja
2.
Oleh
kelompok masyarakat sekitar hutan yang melakukan pemungutan rotan sesuai
permintaan pedagang (pengumpul rotan) dimana pemungut ini harus menjual
3.
Oleh
kelompok masyarakat tertentu yang telah mempunyai ikatan dengan pengusaha atau
industri pengolahan dimana pemungut ini harus menjual (Kasmudjo, 2011).
Di dalam pemungutan rotan harus memperhatikan tanda-tanda atau ketentuan
sebagai berikut :
1.
Dilakukan
terutama pada musim kemarau atau sedikit turun hujan
2.
Dilakukan
oleh kelompok-kelompok pemungutan rotan tertentu
3.
Dilakukan
dengan menggunakan sistem seperti tebang pilih.
4.
Memperhatikan
cacat-cacat alami dan cacat pungutan yang mungkin ada dan terjadi (Kasmudjo, 2011).
2.4
Cara Pengolahan Rotan
Banyak cara dan variasi-variasi di dalam pengolahan rotan. Untuk
menghasilkan rotan mentah (rotan bulat) dapat digunakan cara sederhana dan cara
semi mekanis, sedang untuk menghasilkan produk rotan setengah jadi sampai jadi
dapat digunakan cara mekanis atau terpadu dengan cara-cara lainnya.
a)
Pengolahan
semi mekanis
Cara pengolahan ini digunakan untuk menghasilkan rotan bulat yang telah
digoreng dan diasapi. Penggorengan rotan dilakukan dengan minyak tanah, minyak
solar, minyak goreng atau campuran minyak-minyak tersebut. Pengasapan rotan
dilakukan dengan mengalirkan asap belerang ke dalam ruang tumpukan rotan.
Penggorengan rotan bertujuan agar rotan lebih kering, awet, keras, mengkilap
dan halus permukaannnya. Pengasapan bertujuan agar rotan lebih berwarna muda,
cerah, kompak/homogen dan lebih awet.
b)
Pengolahan
rotan setengah jadi (produk komponen)
Didalam proses ini dihasilkan bermacam-macam komponen rotan berupa rotan
bulat maupun rotan belahan dengan berbagai bentuk dan ukuran. Komponen hasil
olahan umumnya digunakan untuk membuat produk-produk aneka mebel dan kerajinan
rotan. Pada komponen yang dihasilkan juga sudah dilakukan pengupasan
(pembulatan), pelurusan, penyambungan, pelobangan, pembelahan (pengiratan) dan
penenunan. Produk setengah jadi yang dihasilkan dapat berupa: rotan bulat tidak
kupas, rotan bulat sudah dikupas, rotan bulat dengan sambungan atau lobang,
rotan belahan kasar, rotan iratan dan rotan anyaman (tenunan)
c)
Pengolahan
rotan jadi (misal berupa mebel rotan)
Secara umum sebagian besar proses yang dilakukan sama dengan proses
pengolahan rotan setengah jadi. Bedanya proses ini diteruskan dengan proses
perangkaian (assembling), finishing (dipolitur atau dicat) dan penambahan
(pemasangan) kelengkapan lainnya, misalnya pemasangan jok kursi, penambahan
kaca meja, dan sebagainya (Kasmudjo, 2011).
2.4.1 Peralatan
Proses dan Mesin-mesin
a.
Pengolahan
rotan mentah (bulat)
·
Bak
penggorengan rotan
·
Bak
pencucian rotan
·
Alat
pengering rotan
·
Ruang
pengasapan rotan (asap belerang)
b.
Pengolahan
rotan setengah jadi (komponen)
·
Polishing,
Splitting, Peel trimming, Connecting, Widing machine, Straightener, cutting,
Circular saw, sanding, Drilling.
c.
Pengolahan
rotan jadi (berupa produk siap pakai)
·
Weaving
machine, Flower table, Compressor, Sanding machine, Straightening, Circular
saw, Cutting saw, Router, Drilling machine, Doubles sander, Planer, Steam
boiler, Screw driver, Noiler, Stapler, Sprayingequipment, Gas burner (Kasmudjo, 2011).
2.4.2 Proses
Pengolahan Rotan
Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi rotan
adalah rotan yang yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah
pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah
jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Tahapan pengolahan
rotan adalah sebagai berikut :
1.
Penggorengan
Tujuan penggorengan adalah untuk
menurunkan kadar air agar cepat kering dan juga untuk mencegah terjadinya
serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan-potongan rotan diikat
menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan
campuran solar dengan minyak kelapa.
2.
Penggosokan
dan Pencucian
Setelah rotan digoreng, ditiriskan
beberapa menit, kemudian digosok dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung
goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang
masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi
bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap.
3.
Pengeringan
Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan
dengan cara dijemur pada panas matahari sampai kering dengan kadar air berkisar
15% – 19%. Hasil penelitian Basri dan Karnasudirja (1987) dalam Jasni et al.,
(2005) pada rotan manau (Calamus manan
Miq.) dan rotan semambu (Calamus
scipionum Burr.), menunjukkan bahwa lama pengeringan secara alami dari
kedua jenis rotan tersebut berkisar 22 hari sampai 65,3 hari.
4.
Pengupasan
dan Pemolesan
Pengupasan dan pemolesan umumnya
dilakukan pada rotan besar pada keadaan kering, gunanya adalah untuk
menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna menjadi lebih
seragam dan merata.
5.
Pengasapan
Pengasapan dilakukan agar warna rotan
menjadi kuning merata dan mengkilap. Pengasapan dilakukan pada rotan kering
yang masih berkulit (alami), pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi
rotan dengan belerang (gas SO2) agar warna kulit rotan menjadi lebih putih.
Waktu pengasapan sekitar 12 jam dan menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau
1,8 gr/batang rotan (Rachman 1990 dalam Jasni et al., 2005).
6.
Pengawetan
Pengawetan rotan adalah proses
perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa
pakai rotan. Selain berfugsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan
akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan. Bahan pengawet
yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak baik pada rotan
basah maupun rotan kering, permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan
penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat dikenal karena adanya
tepung halus bekas gerekan bubuk tersebut. Serangga
ini paling banyak ditemukan menyerang rotan antara lain Dinoderus
minutus Farb., Heterobostrychus
aequalis Wat., dan Minthea sp.
7.
Pembengkokan
Pembengkokan atau pelengkungan rotan
dilakukan pada rotan berdiameter besar sesuai dengan pengunaannya. Cara
pembengkokan ini dilakukan dengan cara rotan tersebut dilunakkan dengan uap air
panas yang disebut steaming dengan tabung berbentuk silinder (steamer) agar
jaringan rotan menjadi lunak sehingga mudah dibengkokan.
Hasil
penelitian (Jasni, 1992 dalam Jasni et al., 2005), menunjukkan bahwa pengrajin
di industri rumah tangga, proses pembengkokan dilakukan dengan cara memanaskan langsung
bagian yang akan dibengkokkan pada api (kompor minyak tanah dan gas LPG).
Kemudian bagian tersebut dibengkokkan dengan bantuan alat pembengkok pada waktu
rotan masih panas. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu prosesnya lambat
dan kadang-kadang bagian yang dipanaskan dapat terbakar, sehingga bewarna
hitam.
Alat-alat yang
digunakan pada industri produk jadi rotan meliputi: kompor solder, bor listrik,
gergaji rotan dan biasa, gunting rotan, parang, martil, kakak tua dan engkol
tangan. Selain itu, sebagian kecil ada yang menggunakan kompresor, mesin
potong, sekrup (alat tembak untuk memasukkan paku) dan taples. Kegiatan proses
produksi dilakukan pada suatu bangunan rumah. Bangunan rumah tersebut dibagi
menjadi tempat proses produksi, pemajangan produk jadi rotan dan tempat
tinggal.
Disamping
penggunaan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses produksi, ketersediaan sarana
transportasi merupakan faktor pendukung bagi keberhasilan usaha rumah tangga
industri produk jadi rotan. Sarana transportasi yang digunakan adalah kendaraan
milik pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan umum seperti angkutan kota
(angkot), truk dan bus kota selalu ada setiap saat, sedangkan kendaraan milik
pribadi rumahtangga pengusaha sebagian besar adalah kendaraan roda dua.
2.4.3 Proses
Pengolahan Material Rotan
Rotan harus melalui beberapa proses sebelum
material tersebut bisa diolah dan dianyam menjadi sebuah perabot atau dekorasi.
Beberapa langkah hampir sama dengan proses kayu.
Rotan yang masih berbentuk 'lonjoran/batang' dengan panjang mencapai
6-10 meter masih sangat basah. Proses pertama adalah dengan menjemur
batangan-batangan rotan tersebut hingga agak kering karena pada waktu dikirim
ke pabrik pengolahan sebagian rotan tersebut masih berwarna hijau kekuningan.
Pengawetan menjadi satu proses penting untuk rotan untuk mencegah serangan
jamur dan serangga dengan metode perendaman.
Baru kemudian setelah rotan direndam selama
beberapa jam, proses pengeringan dengan menggunakan ruang dan sistem
pengeringan yang sama dengan kayu dilakukan. Rotan ditumpuk di dalam ruang Kiln
Dry sedemikian rupa agar sirkulasi udara panas merata ke seluruh tumpukan
rotan. Setelah dikeringkan selama 10-15 hari rotan mulai diproses di ruang
mesin. beberapa batang rotan yang bengkok diluruskan dengan mesin khusus.
Dari proses ini batangan rotan (diameter
sekitar 30-40mm) dikupas dan kulitnya dipisahkan untuk dijadikan bahan baku
anyaman atau pengikat kontruksi, sedangkan batangan dan 'daging'nya diproses
lebih lanjut untuk membuat ∅ batang rotan sama dari ujung hingga
pangkalnya.
Batangan ini nantinya akan diproses lagi
untuk dibelah menjadi material anyaman yang disebut 'pitrit'. Tergantung dari
kualitas batang rotan tersebut. Apabila berwarna terang dan berdiameter besar
(>25mm) maka akan diproses menjadi pitrit, jika lebih kecil dari 25mm
batangan tersebut biasanya akan digunakan sebagai rangka kursi atau meja.
2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produk
Rotan
Sejak dari hutan, pemungutan, pengangkutan, penumpukan dan pengolahannya
di pabrik, semuanya memungkinkan adanya pengaruh terhadap produk hasil olahan
rotan.
Adanya
faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah :
1.
Asal
bahan, terutama tua mudanya, jenis dan ukuran.
2.
Adanya
cacat, baik cacat alami, cacat pungutan maupun caca prosesing (mekanis dan
biologis)
3.
Proses
pengolahan awal (rotan mentah), pada proses penggorengan dan pengasapan
4.
Proses
pengolahan lanjutan, sejak dari proses pengolahan komponen-komponen rotan
sampai menjadi produk-produk jadi rotan.
Untuk mengatasi (meminimalkan) pengaruh faktor-faktor tersebut dapat
dilakukan antara lain dengan :
·
Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan SDM
·
Mengketatkan
proses seleksi kualitas rotan
·
Mengerjakan
(memproses) rotan dengan cermat dan benar (Kasmudjo, 2011).
2.6
Keadaan Industri Rotan
Dari waktu-kewaktu adanya industri pengolahan rotan menunjukkan
perkembangan yang nyata, terutama industri-industri yang menghasilkan produk
(barang) jadi seperti aneka mebel dan kerajinan.
Kategori
industri pengolahan rotan dapat dibedakan atas:
1.
Industri
besar dan menengah, terdiri :
a.
Industri
yang menghasilkan bahan rotan mentah
b.
Industri
yang menghasilkan produk setengah jadi
c.
Industri
yang menghasilkan produk jadi
2.
Industri
kecil
Berupa
industri kecil rumah tangga dan sentra-sentra industri kecil rotan. Umumnya
industri tersebut menghasilkan produk-produk jadi rotan, misalnya: mebel,
rak-rak (pakaian dan buku), keranjang, dan sebagainya.
Dalam hal memenuhi kebutuhan untuk
menyediakan permintaan dunia akan keperluan produk rotan, negara kita pun tak
diragukan karena sudah sejak abab ke–18 selalu menjadi pelopor dalam
menyediakannya, di mana hampir 80 % keperluan akan rotan dunia di pasok oleh Indonesia, sekaligus pula mendapat
pengakuan sebagai penghasil rotan terbaik yang mendominasi penggunaan rotan
dunia.
Mengingat sampai saat ini produk
bahan mentah rotan alam kita dipasaran International tidak memiliki pesaing
yang berarti di satu pihak dan dilain pihak permintaan dunia akan rotan setiap
tahunnya masih memiliki peluang untuk dapat dikembangkan pasarnya, maka adanya
langkah untuk merintis pengembangan usaha pengolahannya nampaknya tidak akan
mengalami kesulitan yang berarti.
Peradaban manusia khususnya
masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal dan menggunakan rotan dalam
berbagai keperluan hidupnya sehari-hari, bahkan dibeberapa tempat bahan rotan
telah menjadi pendukung perkembangan budaya masyarakat setempat.
Sampai saat ini tidak pernah
diketahui secara pasti sejak kapan awal dimulainya pertama kali kebiasaan atau
budaya masyarakat Indonesia, dalam pemanfaatan rotan dengan segala produknya
bagi mendukung perilaku, budaya dan keperluan keseharian masyarakat disekitar
hutan.
2.6.1 Produk
Hasil Rotan
Rotan merupakan salah satu kekayaan
hutan Indonesia sebagai negara tropis yang memberi sumbangan besar terhadap
perekonomian Indonesia. Saat ini ketersediaan rotan sangat banyak di hutan
Indonesia terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Indonesia
merupakan penghasil 85% rotan mentah dunia yaitu dengan nilai sekitar
699.000ton/tahun. Akan tetapi sayangnya kondisi ini tidak serta merta
menempatkan Indonesia sebagai leading country dalam perdagangan rotan
internasional. Saat ini Indonesia menempati posisi ketiga (7,68%) dalam
perdagangan rotan di pasar global setelah China (20,72%) dan Italia (17,71%).
Hal ini tentunya menjadi isu yang penting untuk dianalisis lebih mendalam
dengan melihat faktor-faktor yang menghambat perdagangan rotan Indonesia.
Adapun klasifikasi industri rotan di
Indonesia dapat dibedakan menjadi:
- Pertama, industri pengolahan bahan rotan dan rotan setengah jadi yang sering disebut sebagai industri antara. Industri antara adalah industri pengolahan rotan yang menghasilkan bahan baku roran berupa rotan asalan rotan poles, hati rotan, kulit rotan, webbing, split, dan sejenisnya, dan biasanya pengerjaan produk ini dikerjakan melalui proses semi mekanis.
- Kedua, industri furnitur rotan. Dalam industri ini menghasilkan perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, kursi, lemari, dan lainya.
- Ketiga, industri barang-barang kerajinan rotan. Industri ini menghasilkan produk barang kerajinan rotan berdasarkan desain lokal, dan biasanya buatan tangan.
Salah satu faktor yang dianggap sebagai
penghambat pertumbuhan industri rotan adalah semakin maraknya alih fungsi
lahan. Rotan yang pada dasarnya merupakan hasil hutan secara alami akan semakin
terus berkurang dan tergerus seiring dengan pembukaan hutan, baik untuk
pertanian maupun perumahan. Penting juga menggaris bawahi bahwa posisi rotan
ternyata dianggap tidak cukup signifikan jika dibandingkan dengan komoditas
lainnya. Hal ini sangat jelas terlihat dari kebijakan alih fungsi hutan sebagai
habitat rotan sebagai perkebunan yang dianggap lebih mendatangkan keuntungan
seperti karet dan kelapa sawit. Faktor
yang juga kemudian menjadi determinan dalam pengambilan kebijakan perdagangan
rotan adalah tidak adanya sinergitas antara industri hulu (industri bahan baku)
dan hilir (industri barang jadi).
III.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Rotan mentah atau rotan
bulat diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam industri,
rotan dipisah menjadi bagian kulit dan bagian hati sesuai tujuan dan
pemanfaatanya. Selanjutnya rotan digoreng, digosok, dicuci, dikeringkan,
dipolis, dibengkokkan, diputihkan, dan diasap atau diawetkan sesuai dengan
kebutuhan.
Pemilihan dan pemanfaatan
material rotan sebagai bahan bahan baku pembuatan mebel, seperti kursi, meja
tamu, serta rak buku serta beragam aneka kerajinan, secara fisik memiliki
beberapa keunggulan daripada kayu dan produk lainnya, yaitu ringan, kuat,
elastis, serta mudah dibentuk. Selain itu rotan lebih cepat tumbuh dan relatif
mudah dipanen sehingga dianggap lebih mendatangkan keuntungan. Dengan
mempertahankan keasliannya, maka perabot atau furnitur dari rotan akan
kelihatan klasik dan alami.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmudjo, 2011. Hasil Hutan Non Kayu. Penerbit Cakrawala
Media. Yogyakarta.
Kementerian
Perindustrian RI. Artikel: Pengembangan
Industri Pengolahan Rotan Indonesia.
Diakses pada
tanggal 14 September 2013
NoerDblog, 2011. Pengoahan Rotan. Laman Web : http://noerdblog.wordpress.com/2011/06/20/pengolahan-rotan/
Diakses pada
tanggal 14 September 2013
Rattanwikipedia,
2012. Proses Pengolahan Rotan Batang.
Laman Web : http://rattanwikipedia.blogspot.com/2012/10/proses-pengolahan-rotan-setengah-jadi.html
Diakses pada
tanggal 14 September 2013
Rotan Indonesia,
2009. Keunikan Rotan Indonesia. Laman
Web : http://rotantaman.blogspot.com/2009/05/keunikan-rotan-indonesia.html Diakses pada
tanggal 14 September 2013
Semua tentang kayu,
2008. Proses Pengolahan Material Rotan
(I). Laman Web : http://www.tentangkayu.com/2008/06/proses-pengolahan-material-rotan-1.html
Diakses pada
tanggal 14 September 2013
Diakses pada
tanggal 14 September 2013
aslm.. maaf sebelumnya, tolong informasikan tentang kuat tarik rotan dan kegunaan rotan pada suatu struktur bangunan? kalo bisa jawab tolong di konfrm ke no 085766730830
BalasHapusKursi Teras Minimalis With Kerajinan Besi
BalasHapusFurniture Besi
Kursi Bar Set Classic
kursi cafe outdoor furniture
Modern Glass Round Dining Table
Kak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
BalasHapushttps://medium.com/@ctworksss6/bed-808995d399b2
.